-
Pantai Kuta
Pantai Kuta letaknya 11 Km sebelah selatan denpasar dan dapat dicapai dengan mudah menggunakan transportasi umum dari Terminal Tegal, lama perjalanan kira-kira 15 menit. [...]
-
Pura Tanah Lot
Pura Tanah Lot adalah salah satu tempat wisata di Bali yang terkenal dengan keindahannya, terutama pada saat matahari terbenam. Pura Tanah Lot yang terdiri dari 2 buah pura merupakan pura tempat memuja dewa laut [...]
-
Pantai Padang-Padang
Pantai Padang-Padang merupakan salah satu objek wisata pantai yang keindahannya tidak kalah dengan pantai pantai lain di Bali seperti : Dreamland, kuta dan Nusa Dua. Pemandangan Pantai Padang-Padang sangat indah dengan airnya yang jernih berwarna biru kehijauan, pasir putihnya yang lembut dan suara gulungan ombak yang memecah pantai membuat tempat ini saat cocok untuk tempat rekreasi, bersantai, berjemur dan selancar[...]
-
Gallery
Silahkan anda brows dan lihat-lihat photo kegiatan kami[...]
- #
#
Senin, 06 Oktober 2014
Istana Air Taman Sari
Candi Borobudur
Gunung Merapi
Kebun Binatang Gembira Loka
Keraton Yogyakarta
Arung Jeram Citra Elo
Goa Jomblang
Jalan Malioboro
Jalan Malioboro menawarkan pengalaman wisata belanja dan wisata kuliner yang tak ada habisnya. Pada siang hari, di sepanjang Jalan Malioboro anda akan menemukan banyak sekali penjual pakaian, tas, sandal, gantungan kunci, kerajinan tangan, batik, aksesoris, dan barang-barang unik lainnya yang dapat dibeli dengan harga murah. Sedangkan pada malam hari, anda akan menemukan banyak sekali penjual makanan lesehan khas Yogyakarta di sepanjang Jalan Malioboro.
Hal yang paling saya sukai di Jalan Malioboro adalah adanya beberapa orang yang berpakaian unik, misalnya berpakaian seperti prajurit, pocong, zombie, dan lain-lain. Kita dapat berfoto dengan mereka dengan biaya sukarela.
Pantai Parangtritis
Candi Prambanan
Arung Jeram Sungai Telaga Waja
Tari Kecak Uluwatu
Tanjung Benoa
Harga yang dikenakan kepada pengunjung untuk menikmati berbagai sarana olahraga air tersebut berkisar antara 150 ribu hingga 200 ribu. Dengan harga tersebut secara tertulis disebutkan bahwa pengunjung bisa menikmatinya dalam kurun waktu 10-15 menit. Selain olahraga air, pengunjung juga bisa mengunjungi pulau penyu yang berjarak kurang lebih 30 menit perjalan dengan menggunakan perahu yang bisa disewa dilokasi.
Pulau penyu merupakan tempat pengembangbiakan berbagai spesies penyu yang hampir punah. Dilokasi ini pengunjung bisa melihat langsung dan bertanya-tanya seputar hal proses pengembang biakan penyu. Penyu-penyu yang ada dipisahkan diberbagai tempat berdasarkan ukuran tubuhnya. Ada yang masih berukuran jari hingga yang cukup besar dengan berat hingga puluhan kilo. Di pulau ini juga terdapat berbagai binatang lain seperti ular, kelelawar dan burung langka yang memungkinkan bagi pengunjung untuk memegang untuk sekedar mengambil gambar/foto.
Satu paket dengan perjalanan ke Pulau Penyu, pengunjung juga bisa melihat objek wisata bawah laut. Perahu yang digunakan, telah didesain sedemikian rupa sehingga pada bagian dasar tengah perahu telah dipasang kaca yang memungkinkan bagi pengunjung untuk melihat dasar laut yang dangkal tanpa perlu berbasah-ria. Dari dalam perahu pengunjung bisa melihat ikan-ikan khas air laut yang kaya akan warna di bagian tubuhnya. Agar ikan-ikan tersebut mau berkumpul pengemudi kapal menebarkan roti tawar kelaut sebagai pancingan. Tidak butuh waktu lama untuk menunggu ikan tersebut untuk datang.
Pura Besakih
Keberadaan fisik bangunan Pura Besakih, tidak sekedar menjadi tempat pemujaan terhadap Tuhan YME, menurut kepercayaan Agama Hindu Dharma, yang terbesar di pulau Bali, namun di dalamnya memiliki keterkaitan latar belakang dengan makna Gunung Agung. Sebuah gunung tertinggi di pulau Bali yang dipercaya sebagai pusat Pemerintahan Alam Arwah, Alam Para Dewata, yang menjadi utusan Tuhan untuk wilayah pulau Bali dan sekitar. Sehingga tepatlah kalau di lereng Barat Daya Gunung Agung dibuat bangunan untuk kesucian umat manusia, Pura Besakih yang bermakna filosofis.
Makna filosofis yang terkadung di Pura Besakih dalam perkembangannya mengandung unsur-unsur kebudayaan yang meliputi:
- Sistem pengetahuan,
- Peralatan hidup dan teknologi,
- Organisasi sosial kemasyarakatan,
- Mata pencaharian hidup,
- Sistem bahasa,
- Religi dan upacara, dan
- Kesenian.
Ketujuh unsur kebudayaan itu diwujudkan dalam wujud budaya ide, wujud budaya aktivitas, dan wujud budaya material. Hal ini sudah muncul baik pada masa pra-Hindu maupun masa Hindu yang sudah mengalami perkembangan melalui tahap mitis, tahap ontologi dan tahap fungsional.
Pura Besakih sebagai objek penelitian berkaitan dengan kehidupan sosial budaya masyarakat yang berada di Kabupaten Karangasem Provinsi Bali.
Berdasar sebuah penelitian, bangunan fisik Pura Besakih telah mengalami perkembangan dari kebudayaan pra-hindu dengan bukti peninggalan menhir, punden berundak-undak, arca, yang berkembang menjadi bangunan berupa meru, pelinggih, gedong, maupun padmasana sebagai hasil kebudayaan masa Hindu.
Latar belakang keberadaan bangunan fisik Pura Besakih di lereng Gunung Agung adalah sebagai tempat ibadah untuk menyembah Dewa yang dikonsepsikan gunung tersebut sebagai istana Dewa tertinggi.
Pada tahapan fungsional manusia Bali menemukan jati dirinya sebagai manusia homo religius dan mempunyai budaya yang bersifat sosial religius, bahwa kebudayaan yang menyangkut aktivitas kegiatan selalu dihubungkan dengan ajaran Agama Hindu.
Dalam budaya masyarakat Hindu Bali, ternyata makna Pura Besakih diidentifikasi sebagai bagian dari perkembangan budaya sosial masyarakat Bali dari mulai pra-Hindu yang banyak dipengaruhi oleh perubahan unsur-unsur budaya yang berkembang, sehingga memengaruhi perubahan wujud budaya ide, wujud budaya aktivitas, dan wujud budaya material. Perubahan tersebut berkaitan dengan ajaran Tattwa yang menyangkut tentang konsep ketuhanan, ajaran Tata-susila yang mengatur bagaimana umat Hindu dalam bertingka laku, dan ajaran Upacara merupakan pengaturan dalam melakukan aktivitas ritual persembahan dari umat kepada TuhanNya, sehingga ketiga ajaran tersebut merupakan satu kesatuan dalam ajaran Agama Hindu Dharma di Bali.
Pantai Lovina
Kawasan Pantai Lovina terkenal sebagai tempat untuk menyaksikan pertunjukkan lumba-lumba liar di Bali. Anda dapat langsung menyaksikan tingkah laku yang lucu dan bersahabat dari lumba-lumba langsung di tengah laut. Untuk bisa melihat atraksi lumba-lumba liar, anda harus berangkat sedikit pagi saat matahari akan terbit, karena lumba-lumba di kawasan ini hanya muncul antara pukul 6 hingga 8 pagi. Pada jam itu, puluhan lumba-lumba akan beratraksi secara alami menunjukkan kegiatan mereka. Para wisatawan dapat menyewa perahu nelayan yang memang disediakan untuk perjalanan tersebut. Perahu akan membawa anda sekitar satu hingga dua kilometer ke arah tengah laut ke tempat biasanya lumba-lumba akan muncul. Selama perjalanan, anda dapat melihat-lihat pemandangan laut biru yang luas seraya perahu menjauhi daratan.Pantai Lovina sendiri merupakan pusat industri pariwisata di Kabupaten Buleleng dimana banyak terdapat akomodasi baik hotel berbintang, hotel melati, pondok wisata maupun homestay, rumah makan, toko cendramata, angkutan, money changer, pelayanan informasi pariwisata, wartel, dan lain-lain.
Garuda Wisnu Kencana (GWK)
Area Taman Budaya Garuda Wisnu Kencana berada di ketinggian 146 meter di atas permukaan tanah atau 263 meter di atas permukaan laut. Patung ini nantinya setelah selesai akan menjadi patung terbesar dunia dengan tinggi 75 meter dan lebar 60 meter dan akan mengalahkan patung liberty. GWK ini merupakan mahakarya dari seniman Bali I Nyoman Nuarta yang berada di daerah Bali Selatan tepatnya di bukit Unggasan. Area Taman Budaya Garuda Wisnu Kencana berada di ketinggian 146 meter di atas permukaan tanah atau 263 meter di atas permukaan laut.
Di kawasan itu terdapat juga Patung Garuda yang tepat di belakang Plaza Wisnu adalah Garuda Plaza di mana patung setinggi 18 meter Garuda ditempatkan sementara. Pada saat ini, Garuda Plaza menjadi titik fokus dari sebuah lorong besar pilar berukir batu kapur yang mencakup lebih dari 4000 meter persegi luas ruang terbuka yaitu Lotus Pond. Pilar-pilar batu kapur kolosal dan monumental patung Lotus Pond Garuda membuat ruang yang sangat eksotis. Dengan kapasitas ruangan yang mampu menampung hingga 7000 orang, Lotus Pond telah mendapatkan reputasi yang baik sebagai tempat sempurna untuk mengadakan acara besar dan internasional. Terdapat juga patung tangan Wisnu yang merupakan bagian dari patung Dewa Wisnu. Ini merupakan salah satu langkah lebih dekat untuk menyelesaikan patung Garuda Wisnu Kencana lengkap. Karya ini ditempatkan sementara di daerah Tirta Agung.
Terletak diatas dataraan tinggi batu kapur padas dan menatap kawasan wisata dipesisir selatan Bali, Garuda Wisnu Kencana Cultural Park adalah jendela seni dan budaya Pulau Dewata yang memiliki latar belakang alami serta panorama yang sangat mengagumkan. Dengan jarak tempuh 15 menit dari Pelabuhan Udara dan kurang dari satu jam dari lokasi perhotelan utama, GWK menjadi salah satu tujuan utama untuk berbagai pertunjukan kesenian, pameran dan konferensi ataupun kunjungan santai bahkan kunjungan spiritual. Patung ini merupakan karya pematung terkenal Bali, I Nyoman Nuarta. Monumen ini dikembangkan sebagai taman budaya dan menjadi ikon bagi pariwisata Bali dan Indonesia. Patung tersebut berwujud Dewa Wisnu yang dalam agama Hindu adalah Dewa Pemelihara (Sthiti), mengendarai burung Garuda. Tokoh Garuda dapat dilihat di kisah Garuda & Kerajaannya yang berkisah mengenai rasa bakti dan pengorbanan burung Garuda untuk menyelamatkan ibunya dari perbudakan yang akhirnya dilindungi oleh Dewa Wisnu.
Patung ini diproyeksikan untuk mengikat tata ruang dengan jarak pandang sampai dengan 20 km sehingga apat terlihat dari Kuta, Sanur, Nusa Dua hingga Tanah Lot. Patung Garuda Wisnu Kencana ini merupakan simbol dari misi penyelamatan lingkungan dan dunia. Patung ini terbuat dari campuran tembaga dan baja seberat 4.000 ton, dengan tinggi 75 meter dan lebar 60 meter. Jika pembangunannya selesai, patung ini akan menjadi patung terbesar di dunia dan mengalahkan Patung Liberty. Kawasan seluas 250 hektar ini merangkum berbagai kegiatan seni budaya, tempat pertunjukan serta berbagai layanan tata boga. Sebagaimana istana-istana Bali pada jaman dahulu, pengunjung GW K akan menyaksikan kemegahan monumental dan kekhusukan spiritual yang mana kesemuanya disempurnakan dengan sentuhan modern dengan fasilitas dan pelayanan yang tepat guna. Kendatipun anda datang sebagai bagian dari ribuan pengunjung sebuah event kebudayaan ataupun seorang diri untuk menikmati sekedar hidangan ringan dan minuman sembari menyaksikan matahari terbenam, anda akan merasakan keindahan alam dan budaya Bali serta keramah-tamahan penduduknya.
Danau Beratan Bedugul
Danau Beratan terbilang cukup istimewa.Berada di jalur jalan provinsi yang menghubungkan Denpasar – Singaraja serta letaknya yang dekat dengan Kebun Raya Eka Karya menjadikan tempat ini menjadi salah satu andalan wisata pulau Bali. Disamping mudah dijangkau Danau Beratan juga menyediakan beragam pesona dan akomodasi yang memadai.Di tengah danau terdapat sebuah Pura yaitu Pura Ulun Danu yang merupakan tempat pemujaan kepada Sang Hyang Dewi Danu sebagai pemberi kesuburan.
Pantai Padang – Padang
Pantai Padang-padang yang unik ini banyak menarik perhatian wisatawan mancanegara dan domestik. Pantai ini mulai ngetop sekitar tahun 1996-an sejak kelompok music Michael Learns To Rock mengambil pantai ini sebagai lokasi syuting dalam salah satu video klip mereka. Pantai Padang-padang ini makin tersohor lewat film ‘Eat, Pray, Love’ yang dibintangi aktris Hollywood, Julia Roberts yang juga mengambil lokasi syuting disini.Pantai Padang-padang masih bersih, suasana yang sepi dan airnya yang jernih membuat betah lama-lama berenang dan bermain air di sini.Jarak tempuh kelokasi Pantai Padang-padang kira kira 32 km dari kota Denpasar dan kurang lebih 45 menit perjalanan bila menggunakan kendaraan bermotor dari Bandara Ngurah Rai Bali.Terdapat area parkir yang luas sebelum memasuki kawasan Pantai Padang-padang serta ada warung dan café menjual makanan dan minuman.
Pura Tanah Lot
Pada beberapa ceruk bukit karang di sekitar Pura Tanah Lot terdapat ular – ular belang berwarna hitam dan putih yang sangat jinak dan di pandang oleh rakyat setempat sebagai milik Dewata dan sebagai penjaga. Menurut informasi, di sekitar pura juga mata ait tawar dan dapat di lihat bila air laut surut. Keberadaan mata air itulah yang menjadi salah satu pertimbangan ketika Tanah Lot dipilih sebagai lokasi pura tersebut.
Kata Tanah Lot terdiri dari kata tanah yang di artikan sebagai batu karang yang menyerupai gilu atau pulau kecil. Lot atau Lod berati laut. Tanah Lot di maksudkan sebagai pulau kecil terapung di tengah laut.
Pantai Keramas
Pada awal mulanya pantai ini dinamakan Pantai Kuramas, konon beberapa waktu yang lalu banyak kura-kura datang kepantai ini untuk bertelur. Namun kemudian namanya berubah menjadi Keramas atau monyet emas yang berasal dari kata kera yang berarti monyet dan emas, tapi monyet-monyet itupun menghilang yang menjadi misteri sampai saat ini. Untuk menjaga kebersihan Pantai Keramas ini, masyarakat sekitar bekerja sama dengan pedagang, peselancar serta pihak-pihak swasta yang terlibat dalam kegiatan surfing di waktu-waktu yang telah ditentukan bergotong royong membersihkan pantai ini. Adapun mata pencaharian penduduk sekitar Pantai Keramas ini adalah sebagai nelayan, petani dan pencari batu sikat, ini terlihat jelas saat berada dilokasi pantai ini.
Agar kenyamanan pengunjung lebih tercipta maka Pantai Keramas selalu berbenah diri dengan adanya fasilitas penunjang seperti villa, café, warung-warung kecil yang menjual makanan dan minuman serta area parkir yang luas. Bila anda ingin ke Pantai Keramas ini diperlukan waktu tempuh kurang lebih 90 menit perjalanan dari Bandara Ngurah Rai dan kira-kira 35 menit dari Kota Denpasar bila menggunakan kendaraan bermotor.
Minggu, 05 Oktober 2014
Museum Rudana
Museum Rudana dibangun diarea seluas 500 meter persegi dengan bentuk bangunan yang bergayakonbinasi antara sentuhan modern dan tradisional dengan dekorasi taman yang indah, sawah yang luas dan aneka pohon palem. Konsep pembuatan museum ini diambil dari filosofi Bali yaitu” Tri Angga (kaki, badan dan kepala) dan “Tri mandala” Halaman luar, halaman dalam dan halaman utaman.
Memasuki Museum pengunjung dapat menikmati lukisan klasik dan tradisonal Bali, dilantai pertama dan kedua dipajang lukisan hasil karya lukisan Indonesia modern juga seniman luar negeri. Di lantai tiga dipajang lukisan tradisional hasil karya seniman dari Ubud dan Batuan Bali. Museum ini akan memberi inspirasi dan energi seni kepada pengunjung atau wisatawan yang datang. Museum Rudana diprakarsai oleh Nyoman Rudana sendiri, Museum ini didedikasikan khusus untuk para pecinta seni. Diresmikan oleh Presiden Soeharto pada tahun 1995. Untuk memdukung Kenyamanan pengunjung terdapat fasilitas berupa Caffe shop, pendopo, galeri, toilet, serta area parkir yang luas.
Hamparan sawah yang luas serta banyaknya pengrajin kayu mengiringi perjalanan menuju museum ini menandakan sebagian besar masyarakat sekitar bermata pencaharian sebagai petani dan pengrajin, namun demikian ada juga yang bekerja menjadi pedagang dan karyawan diperusahaan-perusahaan yang ada didaerah tersebut. Untuk sampai ke Museum Rudana ini memerlukan Waktu kira-kira 35 menit atau kurang lebih 20 km dari Kota Denpasar.
Goa Jepang
Goa peninggalan Jepang ini terdiri dari 16 lubang goa dengan kedalaman 14 meter, dua diantaranya tidak berhubungan satu sama lainnya, satu buah terletak di ujung selatan dan satu lagi diujung sebelah utara, sedangkan yang lainnya dihubungkan oleh sebuah lorong memanjang arah Utara Selatan. Keadaan dalam goa gelap dan lembab, bagi yang menyukai tantangan silahkan mencoba masuk ke dalam. Banyak wisatawan lokal dan manca negara datang ke sini untuk melihat peninggalan jepang ini.
Sejarah dibuatnya Goa ini, bermula dari sekitar tahun 1941-1942 dan dijadikan sebagai tempat perlindungan atau bangker oleh bala tentara Dai Nippon Jepang dalam usaha mempertahankan diri dari serangan tentara sekutu pada masa Perang Dunia Kedua. Masyarakat di sekitar lokasi Goa Jepang ini bermata pencaharian sebagai petani, seiring perkembangan zaman saat ini, ada juga berprofesi sebagai karyawan dan pedagang. Dengan dijadikannya Goa Jepang ini sebagai salah satu objek wisata di Kabupaten Klungkung harapkan bisa meningkatkan perekonomian di daerah tersebut.
Untuk kebersihan, di sekitar lokasi dikelola oleh Pemda bekerjasama dengan pedagang setempat. Guna mendukung kepariwisataan tempat ini terdapat area parkir, taman kecil untuk melepas lelah, warung makanan-minuman dan artshop. Bagi wisatawan yang ingin berkunjung ke Goa Jepang ini memerlukan waktu kurang lebih 80 menit perjalanan dari Bandara Ngurah Rai bila menggunakan kendaraan bermotor dan kira-kira 43 km jarak tempuh perjalanan dari kota Denpasar.
Air Panas Angseri
Obyek wisata alam Air Panas Angseri dulu hanya sebagai tempat pemandian tradisional. Bermula dari keinginan kuat masyarakat setempat untuk dapat mengelola sumber air panas ini dan berdasarkan ide pemikiran 6 orang warga Desa Angsari pada Bulan Oktober 2007 tempat ini dibangun dan dibuka untuk umum menjadi kawasan pemandian yang nyaman. Selanjutnya dibentuklah kelompok yang berjumlah 80 orang warga Angseri dengan mengusung nama Kelompok Pengelola Wisata Alam Angseri dengan bentuk badan hukum CV.
Masyarakat sekitar ini objek wisata Air Panas Angseri sebagian besar bermata pencarian sebagai petani dengan bukanya objek wisata ini diharapkan dapat berdampak positif terhadap perekonomian dikawasan ini. Jarak tempuh ke lokasi ini kira-kira 52 km dari kota Denpasar dan lebih kurang 125 menit perjalanan dari Bandara Ngurah Rai Bali bila menggunakan kendaraan bermotor.
Fasilitas yang terdapat di objek wisata Air Panas Angseri antara lain adalah : satu kolam air panas terbuka untuk orang dewasa, satu kolam air panas terbuka untuk anak-anak lengkap dengan sarana bermain seperti perosotan dan ayunan, enam bilik tertutup dengan kapasitas maksimal enam orang per bilik. Bilik-bilik pribadi ini dibersihkan setiap kali selesai digunakan oleh pengunjung dan airnya juga diperbaharui, satu bilik di lengkapi dengan nunas tamba dengan suhu 46 derajat (nunas tamba adalah air panas yang mengandung belerang yang tinggi dan dipercaya pada menyembuhkan penyakit kulit), toilet, area parkir kantin dan restoran. Jam buka : 08.00 – 17.30 WITA. Tiket masuk sebesar Rp. 10.000,-
Monkey Forest Ubud
Hutan ini menawarkan semua kesenangan dari sebuah sirkus. Tetapi hutan ini memiliki lebih dari itu. Legenda menyebutkan bahwa tempat ini pernah menjadi daerah bagi para penganut sekte Siwaisme. Semua yang tersisa sekarang adalah batu suci Linggam dan Yoni, yang merupakan bagian dari Pura suci atau ashram. Berjalan-jalan di luar tempat wisata menuju sungai yang berada di bagian bawah dan anda akan melihat Pura dari batu dan sebuah jembatan yang dijaga oleh dua patung naga. Seluruh hal tersebut merupakan hal yang agung, pertengahan sore tempat tersebut akan dipenuhi oleh pengunjung. Apakah anda tertarik dengan budaya Bali atau anda hanya ingin melihat-lihat monyet yang ada, kunjungan ke Monkey Forest Ubud akan selalu mempesona. Untuk dapat memasuki tempat ini cukup membayar tiket masuk sebesar Rp. 10.000/orang.
Pura Gunung Kawi
Perlu mengambil sedikit waktu untuk melihat ukiran dan mencoba untuk menangkap makna tersembunyi dibaliknya. Pada bagian atas dari setiap ukiran adalah atap bertingkat tiga yang besar dihiasi dengan simbol kesuburan linggam-yoni. Bagi masyarakat Hindu di Bali terdapat keyakinan bahwa air yang mengalir di atas candi dipenuhi dengan sifat suci. Karena keyakinan dan lokasi yang sangat berdekatan dengan sungai kompleks ini merupakan sumber penting bagi air suci yang akan digunakan dalam upacara-upacara Hindu di Bali. Saat anda berjalan di sekitar, anda akan melihat pipa dan salurah air tua dengan air murni yang mengalir. Ini semua aman untuk diminum langsung dari sumbernya.
Pura utama Hindu adalah di bagian tengah kompleks, tetapi di belakang anda dapat melihat pertapaan Buddha. Suasana tenang dan energi spiritual yang kuat membuat Gunung Kawi adalah tempat yang sangat spesial untuk dikunjungi.
Melihat burung Kokoan
Menurut cerita, burung-burung ini sangat dikeramatkan karena konon pada tahun 1965 dimana pada waktu itu jumlah burung Kokoan hanya beberapa ekor saja, burung ini banyak diburu oleh manusia. Mereka datang ke Desa Petulu untuk menangkap dan memakan burung ini, namun anehnya mereka kembali datang ke Desa Petulu untuk memberitahukan pada masyarakat desa bahwa mereka didatangi oleh mahluk hitam besar baik itu dimimpi dan dikenyataan, berdasarkan hal tersebut maka dibuatlah upacara permintaan maaf dipura setempat, pada saat upacara dilaksanakan pendeta disana mengalami kerasukan dan mengatakan bahwa burung-burung Kokoan atau Bangau tersebut adalah pengawal Ida Betara (Dewa). Sejak saat itu burung-burung Kokoan tidak lagi diburu dan hidup aman serta damai berdampingan dengan warga sekitar. Banyaknya burung Kokoan yang datang menjadi pertanda bagi warga akan kemakmuran desa, sebab kotoran burung ini dapat dijadikan pupuk yang menyuburkan kembali sawah masyarakat Desa Petulu.
Keindahan alam dan pesona burung Kokoan ini dapat anda nikmati sejak awal masuk ke Desa Petulu gunung ini yang saat ini sudah ada tempat santai berupa warung makanan dan minuman diarea persawahan dimana dari tempat ini kita bisa melihat ratusan burung Kokoan atau Bangau Putih berterbangan dan hinggap diatas pohon-pohon pelindung yang ada disepanjang jalan Desa.Desa Petulu berada sekitar 30 km dari Kota Denpasar dan dapat ditempuh kira-kira dalam waktu 45 menit perjalanan. Tuhan Yang Maha Esa membuat alam beserta isinya lengkap dengan segala keunikan, kelebihan dan pesonanya agar tercipta keselarasan dan kemakmuran. Dengan keseimbangan dalam kehidupan manusia maka akan sempurnalah kehidupan kita didunia.
Pantai Candi Kusuma
Dari Pantai ini juga anda dapat menyaksikan tenggelamnyanya matahari ke peraduan (sunset). Di pantai ini terdapat dermaga perahu boat milik perusahaan penangkaran kerang mutiara yang sering dijadikan sebagai spot/arena memancing oleh penduduk sekitar. Selain itu juga ditempat ini terdapat peninggalan sejarah berupa sebuah tugu berbentuk segitiga yang konon menurut cerita dari dalam tugu itu dulunya pernah keluar keris yang mampu memancarkan sinar. Pada setiap bulan Agustus sangat peringatan HUT RI dan HUT Kota Negara, pantai ini dijadikan sebagai tempat finish lomba Jukung layar. Aktifitas yang dapat dilakukan di pantai ini antara lain: berenang, bersantai dan memancing.
Nama Pantai Candi Kusuma diambil dari nama Desa, agar memudahkan orang untuk mengingatnyaPada awalnya penduduk sekitar dulunya adalah nelayan, seiring perkembangan zaman dengan hadirnya perusahaan keramba penangkaran kerang mutiara banyak diantara mereka berkerja menjadi pegawai diperusahaan penangkaran kerang mutiara tersebut.Fasilitas yang terdapat di Pantai Candi Kusuma ini antara lain vila, hotel, warung penjual makanan dan minuman serta area parkir.Jarak tempuh yang diperlukan bila anda ingin berkunjung ke Pantai Candi Kusuma ini lebih kurang 110 km dengan waktu kira-kira 2 jam perjalanan dari Kota Denpasar.Indahnya panorama pantai di Bali membuat siapapun yang ber wisata ke bali yang mengunjungi akan kembali lagi.
Naik Gajah di Desa Taro
Taman Gajah Taro dibuat pada tahun 1989, bermula dari ide pasangan suami isteri Nigel Mason dan Yanie. Mereka bersama-sama mengembangkan Taman Safari Gajah hingga menjadi terkenal dan ramai dikunjungi wisatawan saat ini, baik domestik maupun mancanegara. Tidak hanya suasana taman yang menawan, Taman Gajah Taro dilengkapi juga dengan berbagai fasilitas, antara lain: restaurant, toko souvenir, museum dan pusat informasi, hotel dan bungalow, butik, spa, gazebo, kolam renang, helipad, area parkir yang luas serta masih banyak lagi fasilitas lainnya. Hal ini ditujukan untuk memberikan kepuasan maksimal bagi pengunjung yang datang. Taman Gajah Taro terletak di desa Taro, Ubud, Kabupaten Gianyar Bali. Taman Gajah Taro berjarak kira-kira 31 km dari Kota Denpasar sehingga dapat dicapai dalam waktu kurang lebih 65 menit saja.
Tulamben
Untuk melakukan kegiatan menyelam (diving) dibutuhkan stamina atau fisik yang baik dan dianjurkan antara jam 07.30 hingga jam 10.00. Hal ini akan mempengaruhi jarak pandang (visibility) untuk menyelam di Tulamben yang berkisar antara 25 sampai 30 meter. Bila melewati jam tersebut maka jarak pandangnya hanya maksimal 10 meter. Untuk berwisata dan melakukan kegiatan menyelam di Tulamben, sebaiknya menginap semalam di kawasan ini sehingga pada pagi harinya sudah siap untuk menyelam dengan kondisi badan yang segar dan baik. Semua kegiatan penyelaman di Tulamben bermula di Puri Mada (entry point) karena ombak di lokasi ini sangat kecil dan juga berada dekat dengan keberadaan bangkai kapal (wreck point) yang hanya berjarak sekitar 15 meter. Keberadaan bangkai kapal tersebut menjadikan ikon wisata bawah laut di Tulamben. Menurut catatan sejarah, bangkai kapal itu adalah kapal Liberty milik Amerika yang ditorpedo oleh pasukan Jepang ketika Perang Dunia II. Pada saat itu kapal tersebut sedang mengangkut bahan-bahan makanan dari Singaraja menuju Denpasar. Kapal ini tenggelam pada bulan Januari 1942 dan panjangnya 120 meter yang membujur di dasar laut serta sudah dipenuhi oleh tumbuh-tumbuhan laut. Selain melihat bangkai kapal tersebut, juga dapat menyaksikan beraneka ragam ikan laut seperti ikan jack fish, neon, mola-mola, roditence, stringray, gorgonian, sea fans, dan ikan yang berukuran 2 meter, seperti napoleon (cheilinus undulatus). Pemandangan lain setelah wreck point adalah drop off point yang jaraknya hanya 10 meter dari garis pantai atau dari bangkai kapal berjarak sekitar 20 meter. Pada poin ini terdapat pemandangan dasar laut yang bentuknya seperti tebing, curam dengan kedalaman sekitar 70 meter dan pada dinding tebingnya terdapat berbagai bentuk terumbu karang dan beberapa semak laut.
Tulamben merupakan tempat wisata menyelam yang kegiatannya baru dimulai sekitar tahun 1994 dan kawasan ini juga memiliki beberapa resort maupun hotel dengan harga yang bervariasi, dari yang murah hingga eksklusif. Pada umumnya wisatawan yang berkunjung di Tulamben adalah wisatawan yang akan melakukan diving dan sisanya adalah wisatawan yang akan melakukan trekking ke gunung Agung.
Air Panas Belulang
Dengan kandungan mineral yang cukup tinggi Air Panas Belulang dipercaya bisa menyembuhkan berbagai penyakit yang berhubungan dengan penyakit kulit, selain itu juga air panas ini dapat menyegarkan dan menyehatkan kembali badan yang letih. Banyak wisatawan lokal dan asing datang kesini untuk mencoba kehasiatan Air Panas Belulang ini dengan cara mandi atau merendam diri.
Untuk mencapai lokasi ini pengunjung harus berjalan kira-kira 200 meter dari tempat parkir, selama dalam perjalanan pengunjung akan melewati pematang sawah yang sudah ditata sedemikian rupa sambil menikmati pemandangan alam sekitarnya yang masih asri dan alami . Konon menurut cerita, masyarakat percaya keberadaan air panas di yakini beristana Ida Putra Puncak Gunung Agung, mata air panasnya berada di lokasi pura beji, tempat membersihkan diri sebelum sembahyang ke pura.
Penduduk sekitar pada awalnya sebagian besar bermata pencaharian sebagai petani, namun saat ini sering perkembangan zaman ada juga yang menjadi pedagang dan karyawan. Jarak tempuh kelokasi kira-kira km dari Kota Denpasar dan lebih kurang 60 menit perjalanan dari Bandara ngurah Rai bila menggunakan kendaraan bermotor. Guna mendukung kegiatan kepariwisataan terdapat warung yang menjual makanan dan minuman dan area parkir.
Air Terjun Pujungan
Dalam perjalanan menuju objek wisata ini, pengunjung dapat melihat panorama alam pedesaan yang indah dan menawan dengan perkebunan kopi kakao dan cengkeh yang berada di kanan dan kiri jalan. Apalagi saat tanaman tersebut sedang berbuah dan berbunga. Aktivitas petani merupakan hal yang sangat menarik dan unik untuk disaksikan karena semuanya masih dilakukan secara manual dan tradisional. Bila pengunjung menyempatkan diri untuk singgah sejenak di salah satu rumah makan atau restoran setempat. Pengunjung dapat memesan kopi asli hasil dari perkebunan petani sambil menikmati suasana alam pedesaan yang sejuk dan segar.
Jarak tempuh kelokasi ini kurang lebih 68 km dari kota Denpasar dan kira-kira 120 menit perjalanan dari Bandara Ngurah Rai bila menggunakan kendaraan bermotor. Kondisi jalan menuju ke objek wisata air terjun ini cukup baik karena Desa Pujungan dilewati Jalan Raya Denpasar – Seririt – Singaraja. Jika dari jalan raya utama Desa Pujungan air terjun ini berjarak sekitar 1500 m. Jalan masuknya ini cukup unik, karena berupa tanah dengan paving semen di kanan kiri (untuk roda mobil)lalu berjalan kaki sejauh 400 m melalui jalan setapak yang menanjak diantara perkebunan kopi penduduk. Kondisi jalan setapak ini sudah dilapisi semen dan berundak-undak seperti anak tangga disertai pegangan pada tepiannya. Untuk fasilitas kepariwisataan sementara ini hanya terdapat warung yang menjual makanan dan minuman, namun ini semua dapat tergantikan oleh udara segar, pemandangan yang indah dengan suasana alam yang masih asri yang ada di sepanjang jalan menuju Air Terjun Pujungan ini.
Beach Club Cruise
Sunset Dinner Cruise
BALI HAI SUNSET DINNER !
Bosan dengan suasana sunset lewat daratan sepertinya perlu coba rekreasi yang ini apalagi saat bulan madu, menikmati paket sunset dinner cruise di Bali dari Bali Hai adalah yang direkomendasikan, begitu juga untuk keluarga tercinta, memberikan mereka kenangan dan kesan yang indah selam liburan di Bali. Kalau kita lagi beruntung selama ikut paket ini kadang-kadang lumba-lumba, ikan paus dan pari manta dengan jelas datang mendekat. Sebuah pilihan rekreasi yang sempurna
Goa Garba
Goa Garba berada dibawah Pura Agung Pengukur-ukuran. Goa ini adalah sebuah ceruk pertapaan yang dipahat pada dinding tepi jurang sungai Pakerisan, untuk mencapai cagar budaya ini kita harus terlebih dahulu turun melewati gapura yang tangganya tersusun rapi dan terbuat dari batu kali. Di tengah-tengah antara tangga yang terbuat dari susunan batu kali tersebut terdapat bekas telapak kaki manusia yang konon menurut cerita adalah telapak kaki yang membuat tempat pertapaan itu sendiri yaitu Kebo Iwa, seorang yang memiliki kesaktian yang mandraguna. Diatas Goa Garba terdapat beberapa kolam dan pancuran dimana pada sisi salah satu kolam tersebut sebuah lubang masuk menuju goa. Di lokasi Goa Garba terdapat sebuah tulisan yang dipahat berbunyi “ Sra’. Goa Garba ini sering dikunjungi oleh orang-orang yang ingin melakukan meditasi.
Goa Garba diperkirakan dibangun sekitar abad 12 Masehi pada masa pemerintahan Raja Jayapangus, ini berdasarkan prasasti yang terdapat pada Pura Pengukur-ukuran. Demi tetap terjaganya kebersihan Goa Garba ini dikerjakan oleh enam orang yang telah mengabdi selama bertahun-tahun dilokasi cagar budaya ini. Penduduk sekitar Goa Garba ini sebagian besar bermata pencaharian sebagai petani, namun ada juga yang bekerja sebagai buruh dan karyawan. hal ini bisa terlihat saat menuju lokasi banyak sawah terbentang dimana Goa Garba ini berada.
Untuk mendukung sektor kepariwisataan, saat ini dilokasi Goa Garba terdapat pelataran parkir yang luas. Untuk sampai ke tempat wisata wisata Goa Garba ini diperlukan waktu lebih kurang 50 menit atau kira-kira 34 km perjalanan dari Kota Denpasar Bali bila menggunakan kendaraan bermotor.
Bali Bird Park
Objek wisata Taman Burung Bali Bird Park ini memiliki sekitar 1000 ekor satwa unggas dari 250 spesies, dengan luas 2 hektar, anda bisa melihat cara pengembangbiakan satwa unggas ini, dari mulai bertelur sampai menetas. Untuk kenangan anda berkunjung ke objek wisata ini anda bisa berphoto sama burung-burung cantik dan eksotik. Terdapat pula sejumlah telaga. Selain ikan dan koleksi tanaman air, juga dihiasi burung air, angsa hitam, flaminggo, pelikan, dan lain-lain. Di tengah telaga terdapat teratai raksasa Victoria regia yang sengaja didatangkan dari Florida Amerika Serikat. Hutan yang ada di sekitar Taman Burung ini dirancang seperti hutan hujan, sehingga suasana di sini sangat menyejukkan, berkeliling menelusuri jalan setapak yang berliku, tidak akan merasa lelah apalagi jemu karena yang disajikan dengan suasana yang harmonis antara manusia, satwa dan lingkungan. Ada juga Jalak Bali, satwa yang langka dan dilindungi, yang merupakan salah satu ikon Bali. Tingkat kunjungan pada hari-hari biasa ke objek wisata Taman Burung ini antara 100 – 200 orang, dan peningkatan kunjungan diakhir pekan atau saat liburan.
Aristocat Evening Dinner Cruise
DINNER CRUISE DI BALI
Wisata Evening Cruise dengan Aristocat dengan makan malamnya yang lezat dan suara ombak lautan akan menjadi sebuah kenangan.
Pura Uluwatu
Pura Uluwatu adalah Pura Hindu yang terletak di tepi tebing di bagian selatan semenanjung Bali. Pura ini adalah salah satu Pura Sad Kahyangan di Bali (enam kelompok besar Pura di Bali), terletak di Desa Pecatu, Kecamatan Kuta Selatan, Kabupaten Badung atau sekitar 25 km di selatan Kota Denpasar. Pura ini terletak pada terumbu karang, kira-kira sekitar 80 meter di atas permukaan laut. Terdapat pula hutan kering kecil yang sering disebut Alas Kekeran (hutan larangan) yang merupakan bagian dari Pura dan dihuni oleh banyak monyet dan hewan lainnya. Nama Uluwatu adalah berasal dari kata Ulu yang berarti kepala dan Watu berarti batu. Oleh karena itu Pura Uluwatu berarti Pura yang dibangun di ujung terumbu karang.
Mpu Kuturan, seorang Pendeta Hindu dari Jawa, mendirikan Pura ini pada abad ke-10. Pada abad ke-15 Pendeta besar Danghyang Nirartha atau Danghyang Dwijendra, memilih Pura Uluwatu sebagai tempat terakhir di dunia, sejarah mencatat bahwa Danghyang Nirartha mencapai moksa (bersatu dengan Tuhan) ketika bermeditasi di Uluwatu. Legenda juga menyebutkan kepada kita bahwa Danghyang Nirartha adalah arsitek dari Pura-Pura yang indah, serta banyak Pura besar lainnya di Bali, Lombok, dan Sumbawa.
Di balik Meru utama (pagoda) pada Pura Uluwatu, terdapat sebuah patung batu gamping perwujudan Brahman yang memandang Samudera Hindia, dikatakan patung tersebut merupakan perwujudan dari Danghyang Nirartha. Di dalam komples Pura terdapat perahu yang diyakini sebagai milik Danghyang Nirartha ketika melakukan perjalanan dari Jawa.
Yang terkenal dari Pura Uluwatu adalah arsitektur yang luar biasa di batu karang hitam, dirancang indah dengan pemandangan spektakulernya. Terkenal tidak hanya karena posisinya yang unik, Uluwatu juga merupakan salah satu Pura tertua di Bali. Menjadi tempat berselancar yang populer untuk orang yang sangat berpengalaman, Uluwatu menawarkan sudut pandang yang indah untuk melihat matahari terbenam yang spektakuler. Warung-warung kecil berjajar di tebing menawarkan tempat nyaman untuk memandang Samudera Hindia yang luar biasa luas. Monyet menghuni Pura dan tebing dengan wajah penuh harap untuk pisang atau kacang dari para pengunjung.
Sangat mudah untuk menemukan Pura Uluwatu, di mana anda bisa sampai dengan segala jenis kendaraan.Terdapat jalan yang baik melewati desa Jimbaran dan pergi dengan satu jalan menuju Pura ini. Sekitar 45 menit dari Nusa Dua, atau 1 jam dari Kuta atau Tuban. Dari Nusa Dua, akan melalui jalan berbukit melewati Pecatu. Jika anda dari Kuta, maka anda akan melalui Kedonganan dan Jimbaran untuk membawa anda di sini.
Sangeh
Memasuki kawasan ini, pada candi bentar (pintu gerbang) terdapat patung besar yang berwujud ksatria raksasa, yaitu Kumbakarna yang sedang dikeroyok puluhan kera-kera. Patung ini menggambarkan kisah perwayangan Ramayana yang sangat dikenal masyarakat Bali. Di sekitar patung Kumbakarna terdapat dua patung singa, yang salah satunya terlihat sedang mengasuh seekor anak kera. Setelah memasuki pintu gerbang akan melewati jalan sepanjang lebih kurang 200 meter menuju hutan pala yang setiap sisinya dipagari dengan tembok batu-batu kali besar yang disusun tidak beraturan. Pada area hutan akan menemukan sebuah pura kecil yang disebut Pura Melanting dan pura yang lebih besar yang dinamakan Pura Pucak Sari.
Pada pelataran pura ini, sering kali dipenuhi oleh kera-kera yang tengah bercanda riang. Di bagian sudut pura, terdapat beberapa patung-patung kera sebagai bagian dari arsitektur pura yang menakjubkan dan menurut ceritera masyarakat setempat, hutan dan kera-kera Sangeh merupakan duwe yaitu milik kepunyaan dewa yang melindungi tempat ini. Di penghujung jalan menuju pintu keluar yang agak memutar, terdapat sebuah pohon pala raksasa yang dikeramatkan. Pohon ini mempunyai keunikan dan dinamakan Pohon Lanang Wadon (pohon laki-perempuan). Dinamakan demikian, karena pohon pala ini berbentuk seperti kelamin pria dan wanita yang saling bersebelahan. Keajaiban pohon ini menjadikan salah satu keunikan-keunikan yang menarik di kawasan wisata Sangeh bersama tingkah laku kera-kera dan hutan lindung yang dilestarikan. Untuk dapat masuk ke objek wisata ini, cukup membayar tiket masuk sebesar Rp. 10.000,-/orang.
Jalan-jalan ke Lembongan dengan Ocean Rafting 3 Island Day Cruise
Reef Cruise Bali
Pilihan Aktifitas Island Reef Cruise Bali Hai :
- Banana boat sepuasnya
- Snorkeling (perlengkapan disediakan)
- Melihat keindahan bawah laut dengan Semi-submersible coral viewer
- 35 meter waterslide menuju ke laut
- Tur melihat perkebunan Rumput Laut dan Rumah Bawah Tanah di Pulau Lembongan
- Menyelam (memerlukan biaya tambahan)
- Pijat (memerlukan biaya tambahan)
Pura Tirtha Empul
Nama Tirtha Empul termuat dalam sebuah prasasti yang pada saat ini disimpan di Pura Sakenan, Desa manukaya. Dalam Prasasti ini, Tirtha Empul dinamakan ” Tirtha ri air hampul”, lama kelamaan menjadi Tirtha Hampul dan akhirnya menjadi ” Tirtha Empul “. Tirtha ri air hampul maksudnya adalah ” patirthan yang airnya mengepul atau kolam suci yang airnya mengepul”.
Museum Subak
Lembaga tersebut adalah Sasana Budaya, Museum Subak, dan Pusat Latihan Pengolahan Air atau Water Management Training Center. Ketiga lembaga tersebut di atas bergabung pada satu areal yang luasnya 8 hektar, yang diberi nama “Mandala Mathika Subak”. Sistem ini sangat terkenal di mancanegara karena memiliki sistem pengairan serupa seperti Fai di Thailand dan Zangera di Filipina dengan gaung dan spesifikasinya tidak seperti subak yang ada di Bali. Dengan semakin berkembangnya teknologi sekarang, dikhawatirkan akan berpengaruh terhadap segala aspek kehidupan manusia dan sistem subak sendiri. Bila ini terjadi pada suatu saat, subak yang merupakan aset budaya yang telah mengidentifikasikan masyarakat Bali akan sulit dilacak.
Kekhawatiran para pencipta budaya ini pertama kali dicetuskan oleh I Gusti Ketut Kaler yang pada awalnya mengusulkan untuk melestarikan sebuah subak guna dijadikan Cagar Budaya. Usulan ini terus berkembang menjadi Museum Subak. Berbagai batasan tentang subak telah dikemukakan, tetapi sebagai pegangan kita pilih salah satu yang paling lengkap, di antaranya batasan sebagai hasil kajian yang dilakukan di lapangan oleh Prof. Dr. Nyoman Sutawan dan kawan-kawan tahun 1966, sebagai berikut: Subak adalah organisasi petani lahan basah yang mendapatkan air irigasi dari suatu sumber bersama, memiliki satu atau lebih Pura Dugul (untuk memuja Dewi Sri, manifestasi Tuhan sebagai Dewi Kesuburan), serta mempunyai kebebasan di dalam mengatur rumah tangganya sendiri maupun di dalam berhubungan dengan pihak luar. Museum Subak terdiri dari bangunan tertutup dan bangunan terbuka. Bangunan tertutup terdiri dari Gedung Pameran, yang memamerkan benda-benda yang berkaitan dengan pekerjaan petani, Gedung Audio-visual yang menceritakan kegiatan subak dalam kaitannya dengan pengolahan air, Gedung Perpustakaan dan Kantor. Sedangkan bangunan terbuka merupakan visualisasi peragaan subak dalam bentuk mini terdiri dari; sebuah kolam berfungsi untuk penampungan air, telabah berfungsi untuk mengalirkan air dari kolam ke saluran primer, telabah Gede, ke saluran sekunder tersier (telabah Pemaron), saluran kuarter (telabah Penyacah), ke tembuku dan akhirnya ke petakan sawah. Dan juga dibangun sebuah rumah petani tradisional yang terbagi menjadi 3 yaitu: utama mandala, madya mandala, dan nista mandala. Benda-benda yang dipakai oleh petani yang dipamerkan di Gedung pameran meliputi; kapak, gergaji, linggis, pacung tunggal, panyong, penampad, patuk, geganjing, tenggala atau bajak, pemelasah, anggapan atau ani, arit, ketungan, lesung, luu, sidi adalah alat untuk mengolah padi menjadi beras, pengedangan, payuk, kuskusan, paso, jeding, pengorengan, cagag, dan sok nasi.
Disamping itu petani juga melakukan upacara, diantaranya: Upacara Ngawiwit; upacara yang dilaksanakan pada waktu petani mulai menabur benih, Upacara Mamula merupakan upacara yang dilaksanakan pada saat menanam, Upacara Neduh; upacara yang dilakukan pada waktu padi berumur 1 bulan dengan maksud agar tidak diserang hama, Upacara Biukukung adalah upacara yang dilakukan pada saat padi sedang bunting, Nyangket; upacara dilakukan pada saat panen, Mantenin; upacara yang dilakukan pada saat padi sudah dilumbung, Upacara Mapag Toya; upacara yang dilakukan di dekat bendungan menjelang pengolahan tanah, Nayeb adalah upacara yang dilakukan dengan maksud agar padi tidak diserang hama penyakit, dan Upacara Ngusaba merupakan upacara yang dilakukan menjelang panen.
Rafting sungai Ayung
PENGALAMAN RAFTING DI SUNGAI AYUNG
Tapi jangan khawatir, sepanjang perjalanan Anda akan ditemani oleh pepohonan, pemandangan pematang sawah, dan suasana alam yang sangat alami. Di sekitar sungai Ayung juga terdapat beberapa air terjun kecil yang anda akan menikmati dengan ketegangan mendayung perahu karet dalam berarung jeram.
Selain itu anda juga akan di suguhi keindahan ukiran sepanjang 200 meter yang merupakan karya seniman Ubud, sungai Ayung mengalir di pinggir timur Kabupaten Badung dan juga menjadi perbatasan dengan Kabupaten Gianyar Bali.
Selain anda akan menikmai tebing – tebing yang di pahat dengan ciri khas Bali anda juga bisa menikmati cipratan – cipratan air. Air yang ada di sungai Ayung masih segar bersih udara yang ada di sekir sunagi Ayung masih sejuk karena masih banyaknya pohon – pohon yang menutupi aliran sungai Ayung dari sinar matahari.anda tidak usah kwawatir jika anda akan melakukan rafting anda akan di pandu dan sebelum anda melakukan rafting anda akan di beri pengarahan. Rafting di Sungai Ayung Bali Murah disini !
Pura Kadharman Kutri
Berdasarkan prasasti yang dikeluarkan oleh Raja Anak Wungsu yang antara lain menyebutkan Bhatari Lumahi Burwan maka arca Dewi Durga yang terdapat di bukit Dharma Kutri adalah arca perwujudan dari Gunapriya Dharma Patni. Permaisuri Raja Udayana tersebut diduga wafat sekitar tahun 1011 Masehi. Oleh karena itu, dapat diperkirakan bahwa arca Dewi Durga Kutri berasal dari tahun 1023 Masehi.
Perkiraan ini berdasarkan Nagarakertagama yang menguraikan bahwa upacara saddhabagi seorang raja dilaksanakan 12 tahun setelah raja wafat. Bersamaan dengan pelaksanaan upacara Sraddha itu didirikan pula candi serta perwujudan bagi raja tersebut.
Pantai Batu Pageh
Titik balik pantai ini semakin terkenal setelah dahulunya pernah didirikan sebuah resort besar dan megah bernama Resort Bali Clift, resort ini banyak dikunjungi wisatawan mancanegara. Sehingga wisatawan mancanegara yang menunjungi Resort ini pun sering mengunjungi pantai ini. Tetapi sayang saat ini hotel tersebut sudah tidak beroperasi lagi. Tetapi walaupun Resort Bali Cliff sudah tidak beoperasi lagi nama pantai batu pugeh tetap membekas di wisatawan.Sebagai salah satu Pantai di Bali yang indah dan merupakan salah satu potensi alam yang cukup menjanjikan di Kabupaten maka objek wisata batu pugeh layak untuk dimasukan dalam destinasi saat kunjungan ke Bali. Sementara untuk menunjang prasanana pengunjung yang datang, pantai ini sudah di lengkapi dengan area parkir cukup luas serta warung-warung yang menjual aneka makanan dan minuman untuk memenuhi kebutuhan perut wisatawan yang letaknya berada di depan Pura Batu Pageh.
Pura Penataran Agung Lempuyang
Upacara yang sering diadakan di pura ini adalah upacara Puja Wali Manis Galungan. Banyak wisatawan yang datang kesini untuk melihat pura ini sambil menikmati pemadangan alam disekitarnya. Sampai saat ini awal mula pembangunan pura ini belum diketahui dengan pasti, namun pemugaran pura ini dilakukan pada tahun 2001 guna untuk tetap menjaga dan melestarikan bangunan pura.
Masyarakat sekitar pura pada umumnya bermata pencaharian sebagai petani, ini bisa terlihat saat berada dilokasi. Fasilitas yang terdapat di sekitar pura ini antara lain: warung makanan dan minuman, toilet dan area parkir yang cukup memadai.Jarak tempuh yang diperlukan untuk tiba di pura ini memakan waktu kira-kira 95 menit perjalanan dengan jarak tempuh lebih kurang 75 km dari Kota Denpasar.
Kintamani
Gunung Batur di Kawasan Kintamani ini letusannya terjadi sekurang – kurangnya 24 kali sejak tahun 1800, dan masih aktif sampai saat ini. Dengan terjadinya letusan gunung ini maka menimbulkan dampak terhadap kehidupan masyarakat di sekitar gunung ini, seperti memindahkan tempat pemujaan ( pura ), memperbaiki desa dan menata kembali tradisi yang telah ada.
Danau Batur merupakan danau yang terbesar di Bali yang berfungsi sebagai sumber pengairan bagi para petani si sekitarnya maupun bagi masyarakat bali pada umumnya.
Alas Kedaton
Pada saat memasuki Alas Kedaton, setiap pengunjung akan disambut oleh ratusan kera, yang kadang kala mendekati atau menghampiri pengunjung. Hal ini menjadi suatu atraksi yang mengundang kelucuan karena tingkah laku kera-kera di Alas Kedaton, yang telah berteman dengan manusia sejak dahulu sehingga jinak terhadap setiap pengunjung. Hanya saja, jangan sampai mengganggu atau menyakiti kera-kera tersebut karena hutan dan populasi lainnya yang berada di kawasan hutan lindung Alas Kedaton oleh masyarakat setempat dikeramatkan dan dianggap milik dewa.
Pura Dalem Kahyangan Kedaton atau Pura Alas Kedaton adalah sebuah pura besar yang sangat unik karena memiliki 4 buah pintu masuk pada setiap sisi pura dan bentuk bangunannya terkesan kuno dengan arsitektur sederhana. Dan bagi yang ingin melakukan sembahyang / pemujaan di pura ini, tidak diperkenankan membawa dupa (api) karena menurut adat setempat, ketiadaan api ini berarti sifat amarah atau hawa nafsu yang telah padam. Pura ini menghadap ke arah barat dan memiliki struktur yang unik serta berbeda dengan struktur pura-pura lain yaitu pada bagian halaman dalam (utamaning mandala) yang merupakan halaman tersuci lebih rendah dari halaman tengah (madyaning mandala). Hari jadi atau piodalan pura ini diselenggarakan setiap 6 bulan sekali (210 hari), yaitu pada hari Selasa Kliwon Wuku Medangsia. Dalam penyelenggaraan upacaranya dilakukan pada tengah hari dan selesai sebelum matahari terbenam. Selain itu tidak boleh mempergunakan dupa (api), tidak memakai penjor, segehan, dan tabuh rah.
Menurut data arkeologis, pura Alas Kedaton ini dibangun oleh Mpu Kuturan atau Mpu Rajakretha semasa pemerintahan raja Sri Masuli, yang memerintah pada tahun 1100 Saka (tahun 1178). Pada saat itu beliau menjabat sebagai salah satu lembaga penasehat kerajaan. Peninggalan arkeologinya terdiri dari peninggalan zaman pra sejarah dan peninggalan setelah pengaruh Hindu. Peninggalan pra sejarah antara lain berupa menhir kecil, yaitu susunan batu kali dan arca primitif. Bukti peninggalan pengaruh Hindu adalah terdapatnya sebuah Lingga Semu dalam sebuah meru yang disebut Dalem Kahyangan, sebuah arca Durgha Mahisasuramardini dan sebuah arca Ganesha di dalam sebuah meru yang disebut Dalem Kedaton. Arca Ganesha yang duduk di atas bantalan yang terdiri dari 2 ekor kuda dan ditafsirkan sebagai sebuah Candra Sengkala yang berbunyi “Dwi Naga Gana Tunggal”, yang berarti tahun 1582 Saka (tahun 1760).
Goa Gajah
Pura ini memiliki banyak peninggalan purbakala. Karena itu pura ini banyak dikunjungi oleh para wisatawan asing maupun domestik. Pura ini dapat dibagi menjadi tiga bagian. Ada bangunan-bangunan suci Hindu yang amat tua sekitar abad ke-10 Masehi. Ada bangunan suci Hindu berupa pelinggih-pelinggih yang dibangun setelah abad tersebut. Sedangkan yang ketiga ada bangunan peninggalan agama Buddha yang diperkirakan oleh para ahli sudah ada sekitar abad ke-8 Masehi sezaman dengan Candi Borobudur di Jawa Tengah. Di ceruk bagian timur goa terdapat tiga Lingga besar berjejer di atas satu lapik, sedangkan di bagian baratnya terdapat arca Ganesa di goa berbentuk T. Jadinya di bagian hulu atau keluwan goa ada tiga Lingga simbol Siwa atau Sang Hyang Tri Purusa. Sedangkan di bagian teben adalah arca Ganesa yaitu putra Siwa dalam sistem pantheon Hindu. Karena adanya arca Ganesa inilah menurut Miguel Covarrubias goa ini bernama Goa Gajah.
Fungsi Dewa Ganesa dalam sistem pemujaan Hindu adalah sebagai Wighna-ghna Dewa dan sebagai Dewa Winayaka. Wighna artinya halangan atau tantangan. Pemujaan Tuhan sebagai Dewa Ganesa adalah pemujaan untuk mendapatkan tuntunan spiritual agar memiliki ketahanan diri dalam menghadapi berbagai halangan atau tantangan hidup. Ganesa dipuja sebagai Dewa Winayaka adalah untuk mendapatkan tuntunan Tuhan dalam mengembangkan hidup yang bijaksana. Kemampuan menghadapi tantangan dan mengembangkan kebijaksanaan ini sebagai langkah awal untuk meraih hidup yang damai dan sejahtera di bumi ini.
Di depan goa terdapat arca Pancuran dalam sebuah kolam permandian sakral yang karena zaman tertimbun tanah. Saat Kriygsman menjabat kepala kantor PUrbakala di Bali, maka tahun 1954 permandian itu digali. Di permandian itu terdapat arca Widyadara dan Widyadhari. Arca pancuran ini ada enam buah. Tiga berjejer di bagian utara dan tiga di bagian selatan. Arca bidadari ini diletakkan di atas lapik teratai atau padma. Padma adalah simbol alam semesta stana Hyang Widhi.
Di tengahnya ada arca laki simbol Widyadhara. Enam arca Widyadhari ini mengalirkan air dari pusat arca dan ada yang dari susu arca. Air yang mengalir di kolam itu sebagai simbol kesuburan. Tujuan pemujaan Tuhan dengan simbol Lingga sebagai media untuk memotivasi munculnya kesuburan. Lingga itu dibagi menjadi dua bagian yaitu alasnya disebut Yoni simbol Predana dan yang berdiri tegak di atas yoni itu disebut Lingga. Bagian bawah lingga berbentuk segi empat simbol Brahma Bhaga, di atasnya berbentuk segi delapan simbol Wisnu Bhaga.
Di atas segi delapan berbentuk bulat panjang. Inilah puncaknya sebagai Siwa Bhaga. Dalam upacara pemujaan Lingga ini disiram air atau dengan susu. Air atau susu itu ditampung melalui saluran yoni. Air itulah yang dipercikan ke sawah ladang memohon kesuburan pertanian dan perkebunan. Arca pancuran itu lambang air mengalir untuk membangun kesuburan pertanian dalam arti luas. Dalam Canakya Nitisastra, air itu dinyatakan salah satu dari tiga Ratna Permata Bumi.
Tumbuh-tumbuhan bahan makanan dan obat-obatan serta kata-kata bijak sebagai dua Ratna Permata lainnya. Bangunan suci Hindu di Pura Goa Gajah di samping ada bangunan peninggalan Hindu pada zaman eksisnya Hindu Siwa Pasupata pada zaman berikutnya ada pura sebagai pemujaan Hindu pada zaman Hindu Siwa Siddhanta telah berkembang. Karena itu di sebelah timur agak ke selatan Goa Gajah itu ada beberapa pelinggih. Ada Pelinggih Limas Catu dan Limas Mujung sebagai Pelinggih Pesimpangan Batara di Gunung Agung dan Gunung Batur.
Ada Pelinggih Gedong sebagai pelinggih leluhur para gusti di Bedaulu. Ada pelinggih Ratu Taman sebagai pemujaan Batara Wisnu sebagai dewanya air. Sebagaimana pura pada umumnya terdapat juga beberapa bangunan pelengkap. Seperti pelinggih Pengaruman sebagai tempat sesaji untuk persembahan saat ada upacara, baik upacara piodalan maupun karena ada hari raya Hindu lainnya.
Peninggalan yang lebih kuno dari peninggalan Hindu di Pura Goa Gajah adalah adanya peninggalan agama Buddha. Di luar goa di sebelah baratnya ada arca Buddhis yaitu Dewi Hariti di Bali disebut arca Men Brayut. Arca ini dilukiskan sebagai seorang wanita yang memangku banyak anak. Dalam mitologi agama Buddha, Hariti ini pada mulanya seorang wanita pemakan daging manusia terutama daging anak-anak. Setelah Hariti ini mempelajari ajaran Sang Budsha, Hariti akhirnya menjadi seorang yang sangat religius dan penyayang anak-anak. Di sebelah selatan Goa Gajah melalui parit diketemukan arca Buddha dalam sikap Dhyani Buddha Amitaba. Buddha dalam sikap Dhyani Buddha Amitaba ini dalam sistem pantheon Buddha Mahayana sebagai Buddha pelindung arah barat alam semesta. Demikian tiga wajud bangunan keagamaan Hindu dan Buddha di Pura Goa Gajah.
Goa Gajah terletak di Desa Bedulu, Kecamatan Blahbatu, Kabupaten Gianyar, sekitar 27 km dari Denpasar.